Cerpen "Misteri Dibalik Kematian Inaq"

 

Misteri Dibalik Kematian Inaq

Ditulis Oleh : Ema Septiani

Sumber gambar: ccnindonesia.com


Suara tabuh gemelan yang menggema memecah sudut-sudut ruang beranda rumah sudah tidak asing lagi di pendengaran ketika amaq (panggilan ayah untuk bahasa daerah suku Sasak) dengan mahirnya memainkan alat musik. Amaq adalah tokoh penggiat adat. Setiap minggu sahabat dan tokoh pemuda-pemudi penggiat adat selalu menyempatkan diri untuk mengkaji budaya bersama, sehingga tidak heran jika aku sudah cukup dikenal sebagai salah satu anak beliau yang selalu membersamai dalam diskusi rutin setiap minggu dibandingkan dengan dua saudaraku. Itulah alasan mengapa aku selalu disanjung-sanjung sebagai anak yang paling cinta budaya di depan mereka. Entah apa yang membuat kedua saudaraku tidak tertarik dengan pembahasan budaya, padahal bagiku budaya adalah bagian yang tidak lepas dari identitas diri pribadi.

Berdiskusi bagiku adalah sesuatu yang wajib dilakukan, layaknya seperti makanan yang mengisi rongga-rongga kelaparan dan kehausan. Dengan berdiskusi aku dapat membuka tabir yang selama ini belum pernah aku ketahui. Perbedaan pendapat sering kali muncul di lingkaran kami namun tidak menjadi penyekat kami untuk mengutarakan pendapat. Yah…begitulah pentingnya menghargai pebedaan pendapat karena dari sana kita dapat membuka wawasan yang lebih luas lagi tentang dunia dan  menghargai arti toleransi yang sebenarnya.

Tepat hari ini usiaku sudah genap sembilan belas tahun dan sekaligus menjadi hari peringatan delapan belas  tahun wafatnya  inaq (panggilan ibu dalam bahasa daerah suku Sasak). Tapi selama ini aku tidak pernah tahu penyebab dari kematian ibuku. Sempat aku tanyakan pada ayah dan kedua saudaraku tetapi mereka selalu saja mengalihkan pembicaraan. Setidaknya, mereka bisa menceritakan seperti apa sosok inaq tetapi untuk sekedar itupun mereka tidak bisa menceritakannya. Hal inilah yang mendorongku untuk mencari tahu fakta dibalik kematian ibuku. Ini adalah sesuatu yang sangat ganjal bagiku.

            Dua tahun lamanya aku mencoba mencari tahu segala informasi yang berkaitan dengan kematian ibuku namun hasilnya selalu nihil sampai membuatku pasrah. Namun keesokan harinya aku mendengar percakapan amaq dengan seseorang yang aku kenal suaranya, dia adalah bibikku.

“Bagaimana sekarang kabarmu kak?”

“Alhamdulillah baik dek, bagaimana dengan inaq dan amaq?”

“Aku sudah jarang berkunjung ke sana kak, kakak tahu sendiri kan kalau sekarang mereka hidup di gubuk yang berada di tengah-tengah hutan dan sangat terpencil. Sesekali  kakak mampir dan berkunjunglah ke rumah inaq, amaq.”

Percakapan yang baru saja aku dengar membuatku heran, karena selama ini aku tidak pernah tahu kalau ternyata ayahku masih memiliki kedua orang tua dan itu artinya aku masih memiliki papuq mame (kakek) dan papuq nine (nenek). Mungkin ini adalah salah satu petunjuk yang Tuhan berikan padaku. Tanpa menunggu waktu lama, akupun berusaha  mencari tahu alamat dimana mereka tinggal.

Seperti yang aku dengar lewat percakapan amaq sebelumnya, bahwa benar kediaman mereka sangat sulit untuk diakases. Sesampainya disana aku bertemu dengan mereka namun mereka sama sekali tidak mengenalku. Disana aku mencoba memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dari kedatanganku. Sontak begitu kagetnya mereka setelah mereka tahu kalau aku adalah cucu mereka. Saat itu juga mereka menceritakan fakta dari kematian ibuku.

“Ibumu dulu adalah orang yang sangat aktif di lingkungan masyarakat, orang-orang sangat senang bergaul dengan ibumu karena keramahannya. Dulu ibumu juga adalah seorang pegiat adat dan sering sekali berkunjung ke kemaliq (tempat bertafakur kepada Allah SWT). Saking cintanya dengan budaya, ibumu selalu membaca dan mencari tahu tentang sejarah-sejarah budaya lokal. Kecintaan ibumu sudah mendarah daging dengan budaya daerah. Kisah ibumu tidak sampai disana saja, ibumu melihat bahwa ada usaha eksploitasi dari kemaliq yang selalu ia kunjungi oleh orang yang tak bertanggung jawab demi kepentingan sendiri. Ibumu berusaha menentang agar hal itu tidak terjadi karena dapat menyebabkan punahnya peninggalan budaya daerah. Dari sanalah nama ibumu dijatuhkan agar citranya dilingkungan masyarakat tercemar dengan memfitnah ibumu menjual tanah kemaliq kepada orang luar dengan bukti yang telah mereka susun begitu rapi. Dari sana ibumu mulai dijauhi dan digunjing oleh masyarakat, waktu itu ibumu depresi berat karena mendengar hal-hal yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaannya.  Setelah genap satu tahun usiamu, ibumu berpulang ke Pangkuan Ilahi karena semenjak itu ibumu sering sakit-sakitan.”

“Lalu kemana ayah waktu ibu dituduh seperti itu?” Tanyaku.

“Ayahmu waktu itu sudah melakukan pembelaan terhadap ibumu, tetapi ia diancam dengan ibumu akan dipenjarakan jika ia mengatakan yang sebenarnya.”

Mendengar kisah itu, aku tidak tahu harus marah kepada siapa. Disisi lain aku mengecam tindakan tak terpuji yang telah dilakukan oleh orang yang telah menuduh ibuku, dan disisi lain aku juga marah dengan ayah yang tidak berani berkata sejujurnya. Mungkin ini adalah alasan mengapa keluargaku menutup rapat tentang kisah kematian ibuku, ia tak ingin aku kembali terlibat dalam kasus lama karena ia begitu mengenalku sebagai orang  yang selalu memperjuangkan kebenaran dan keadilan.

Setelah mendengar kisah dari kematian ibuku, aku bertekad untuk membawa kasus ini ke pengadilan bersama dengan kedua saudaraku tanpa sepengetahuan amaq. Dan kali ini aku melihat kedua saudaraku begitu sangat mendukung dan sangat setuju ketika aku meminta pendapat mereka. Mereka membuat saya begitu haru dan bangga karena ternyata belasan tahun lamanya mereka diam-diam mengumpulkan sumber bukti untuk diajukan ke pengadilan. Dan ternyata, inilah alasan mengapa mereka tidak tertarik dengan pembahasan yang berbau tentang budaya.

Prakkk…

Suara itu membuatku kaget dan segera bergegas keluar kamar, ternyata di depan halaman rumah sudah ada amukan masa dari warga. Aku begitu kaget melihat jendela rumah yang pecah . Sementara pelepis ayah sudah dipenuhi dengan darah hingga berceceran di lantai. Aku tidak tahu apa gerangan yang membuat mereka pagi-pagi sudah berada disana.

“Tenang warga-warga, ada apa ini, kenapa kalian datang kemari dan berbuat rusuh?”

“Alah…tidak usah berlagak tidak tahu apa-apa, keluargamu mau berusaha kembali memanfaatkan kemaliq yang ada disini dan menjualnya ke orang luar kan?”

“Demi Allah, aku tidak pernah berniat seperti itu. Aku hanya berusaha memperjuangkan keadilan dan kebenaran yang selama ini tidak kalian ketahui.”

“Kebeneran apa yang kamu maksud?”

“Yang perlu kalian semua ketahui adalah ibuku dimanfaatkan oleh orang yang tak bertanggung jawab,mereka sengaja menyebar fitnah kepada masyarakat agar ibuku tidak lagi dipercaya untuk menjaga kemaliq yang ada disini. Dan anehnya, kalian percaya begitu saja. Kalian tidak dapat mengenal siapa musuh yang sebenarnya. Musuhmu adalah orang yang selama ini berusaha menghilangkan warisan budaya yang ada disini. Aku berani mengatakan hal seperti ini karena mempunyai bukti yang ada,dan bukankah keadilan dan kebenaran itu harus diperjuangkan?”

Hening…

Mereka semua merenung dan bertanya kepada diri sendiri “Kemana aku selama ini?”

Komentar

  1. Suka dengan endingnya😊 dimana kejahatan akan selalu kalah dengan kebenaran. Terima kasih min, sukses selalu dan semangat berkaryaπŸ₯°

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah bersedia mampir.😊

      Hapus
  2. Mantap jiwa.. semangat terus ya

    BalasHapus
  3. Kembangkan bund��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baik, mari kita sama-sama berkembang.πŸ˜„

      Hapus
  4. Bagus sekali bisa menambah wawasan

    BalasHapus
  5. Balasan
    1. Terima kasih sudah mampir. Semoga suskses selalu.😊

      Hapus
  6. Balasan
    1. Terima kasih sudah bersedia mampir untuk membaca cerita kali ini.😊

      Hapus
  7. Balasan
    1. Terima kasih sudah bersedia membaca.πŸ™‚

      Hapus
  8. Aku tdk bisa berkomentar cuman mau bilang sangat menarik dan result yg saya dapatkan meningkatkan minat baca gua😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi...terima kasih sudah mampir kak.πŸ™‚πŸ™

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kemaliq Ranget

Meneroka Kemaliq Ranget yang Ada di Suku Sasak